sajak perindu

Tanpa larik sajak ini telah bermula.
Sajak yang tak luput dari satu kesimpulan.

Rindu, yang tak berujung.

Entah kapan sajak rindu ini bermula.
Menggoreskan pilu dalam syair.
Menuliskan luka dalam ruah tinta.
Ayat rindu yang tak tau kapan bermula.
Nan ku tau, ayat rindu telah menjelajahi larikku.
Mengisi kertas nan sebenarnya telah dipenuhi oleh semua sajak rindu.

Tertegun ku dalam pesona rindu.
Termenung sebab menyimpan jiwa yang merindu.

Rinduku...
Yang tak tau entah dimana terguratkan penanya.
Mungkin disana...
Kertas indah nan harum lebih menggodanya.
Tak peduli disini kertas lusuh nan penuh tinta rindu semakin remuk menyamarkan gelora.
Malu katanya

Sajak dan ayat rindu sudah menjadi koran ditepi sungai hitam.
Siapa peduli?
Sebab sajak itu akan mengalir dalam pekatnya air mata.
Ikut hanyut demi mencari hulu.
Luka tertikam batu tak bersanding.
Benar benar membuat sajak itu seperti tak bermakna.
Haruskah sajak itu ku biarkan hanyut?
Atau harus menepi dan mencari sajak baru meski sajak rindu belum lenyap sepenuhnya?

Tuhan...
Kutengadahkan tanganku...
Bantu siperindu ini mencari jawaban dalam bait bait nya...

0 komentar:

Posting Komentar