This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

satu tapak menuju ada-Mu

ku tutup pelupuk mata menelusuri raga
dan lihatlah...
jiwa itu sudah berkabut kiranya Tuan
sebab tak pernah ku basuh dengan ada-Mu
ku buka pelupuk mata
dan gelap...
tatapan itu telah buta kiranya Tuan
sebab telah lama tak memandang ada-Mu
ku raba jalan ini
mencari dimana kiranya bisa kususuri  jalan-Mu
buntu...
terdiamku ditengah persimpangan
dimana gerangan?
kemana kan ku arahkan kiblat ku?
melangkah satu tapak
berharap adalah kiranya setapak jalan tempatku berlari
sekiranya setapak itulah nan akan menuntun gelap ku
menuju cahaya-Mu Tuan...
dan setapak...
setapak lagi...
dan satu tapak lagi...
Hingga bertemu kembali aku dengan ada-Mu 
setapak lagi...
Hingga ku temui terang-Mu
setapak lagi...
hingga kabut ini semakin dibasuh oleh Redho-Mu

bukti

setapak menuju ada-Mu

ku tutup pelupuk mata menelusuri raga
dan lihatlah...
jiwa itu sudah berkabut kiranya Tuan
sebab tak pernah ku basuh dengan ada-Mu
ku buka pelupuk mata
dan gelap...
tatapan itu telah buta kiranya Tuan
sebab telah lama tak memandang ada-Mu
ku raba jalan ini
mencari dimana kiranya bisa kususuri  jalan-Mu
buntu...
terdiamku ditengah persimpangan
dimana gerangan?
kemana kan ku arahkan kiblat ku?
melangkah satu tapak
berharap adalah kiranya setapak jalan tempatku berlari
sekiranya setapak itulah nan akan menuntun gelap ku
menuju cahaya-Mu Tuan...
dan setapak...
setapak lagi...
dan satu tapak lagi...
Hingga bertemu kembali aku dengan ada-Mu
setapak lagi...
Hingga ku temui terang-Mu
setapak lagi...
hingga kabut ini suci dibasuh oleh Redho-Mu

sajak perindu

Tanpa larik sajak ini telah bermula.
Sajak yang tak luput dari satu kesimpulan.

Rindu, yang tak berujung.

Entah kapan sajak rindu ini bermula.
Menggoreskan pilu dalam syair.
Menuliskan luka dalam ruah tinta.
Ayat rindu yang tak tau kapan bermula.
Nan ku tau, ayat rindu telah menjelajahi larikku.
Mengisi kertas nan sebenarnya telah dipenuhi oleh semua sajak rindu.

Tertegun ku dalam pesona rindu.
Termenung sebab menyimpan jiwa yang merindu.

Rinduku...
Yang tak tau entah dimana terguratkan penanya.
Mungkin disana...
Kertas indah nan harum lebih menggodanya.
Tak peduli disini kertas lusuh nan penuh tinta rindu semakin remuk menyamarkan gelora.
Malu katanya

Sajak dan ayat rindu sudah menjadi koran ditepi sungai hitam.
Siapa peduli?
Sebab sajak itu akan mengalir dalam pekatnya air mata.
Ikut hanyut demi mencari hulu.
Luka tertikam batu tak bersanding.
Benar benar membuat sajak itu seperti tak bermakna.
Haruskah sajak itu ku biarkan hanyut?
Atau harus menepi dan mencari sajak baru meski sajak rindu belum lenyap sepenuhnya?

Tuhan...
Kutengadahkan tanganku...
Bantu siperindu ini mencari jawaban dalam bait bait nya...

pintaku

Lelaki masa depan harapanku…
Sudikah engkau menerima ku jika akulah tulang rusukmu?
sudikah engkau ucapkan janji suci untuk memulai hubungan mardhatillah kita?
Sudikah engkau menjadi pemimpin dalam ibadahku?
Terbukakah lenganmu untuk menerima setia ku?
Terulurkah tanganmu unuk menerima kecupan bakti ku setelah ibadahku?
Teruraikah senyummu ketika ku katakan bahwa engkaulah pangeran dunia akhiratku?
Maukah engkau pinjamkan bahumu untuk membunuh lukaku?
Dapatkah engkau pinjamkan tanganmu untuk menghapus deraianku?
Mampukah engkau menjadi tumpuanku nanti dan hingga akhir nanti?
Bisakah engkau yang menjadi pemimpinku untuk meniti sirathal mustaqim?
Akankah engkau masih sudi untuk menjadi pangeranku saat disurga nanti?

sirius ku

Ku tatap wajah itu dalam gelap.
Terang,,,
Hiasi malam kelam bak bintang yang hinggap didasar bumi
Indah.
Meski hanya dalam gelap
Membuat detak demi detak jantung serasa berarti
Membuat ku tak ingin bertemu dengan mentari
Demi melihat indahnya bintang malam ini
Teriakan yang tak bersuara
Senyuman yang tak terurai
Cukup hati dan-Nya yang tau
Betapa bahagianya menatap bintang itu
Bintang sirius kata mereka
Yang paling bersinar diantara beribu bintang
Akankah dapatku genggam?
Atau hanya dapat ku tatap dalam lamunan?
Siapa yang tau bongkahan sepercik harapanku
Memilikinya sepenuh hati
Dunia tau
Tetapi mencemooh dan mengabaikan
Bintang serius itu terlalu indah
Bukan aku pasangannya
Siapa tau?
Kehendak sang maha cinta merajai prasangka mereka
Ku tak banyak berharap
ku hanya berdoa
Akankah dapat ku jadikan bintang sirius menjadi segala ku?
Menemani ku dalam sepi
Memberikan cahayanya dalam kegelapan malam
Malam ini indah
Karena ada bintang sirius yang datang berpose diri
Meskipun hanya untuk sekedip mata

rahmat-Nya

kemanalah akan ku lagukan suasana ini
dinding telah berbisik enggan
rumput yang bergoyang pun bosan
matahari telah jenuh mengeringkan deraian
tangan tidak sanggup lagi menyatukan pecahan rindu
entah kemana ku akan melaju?
ketegaran telah enggan menjadi muara
kesabaran sudah tidak sanggup menjadi dayung
lumpuhku dalam pilu terpaut rindu
aku lupa...
aku lupakan tangan-Nya yag tah setia menuntun ku
pilu ku yang membutakan segalanya
buta atas rahmat-Nya yng tiada henti mengiringi jejak ku..